Dampak Perkembangan Teknologi Komunikasi terhadap Budaya dan Gaya Hidup Masyarakat Indonesia

Dosen Pengampu : Fince Tinus Waruwu, M.kom

Dampak Perkembangan Teknologi Komunikasi terhadap Budaya dan Gaya Hidup Masyarakat Indonesia

Perkembangan teknologi komunikasi memiliki beberapa dampak terhadap kehidupan di lingkungan masyarakat, salah satunya yang paling menonjol ialah dalam aspek budaya dan gaya hidup. Budaya dan gaya hidup menurut pandangan penulis merupakan suatu hal yang tidak dapat terpisahkan, karena budaya melatarbelakangi gaya hidup seseorang di lingkungan masyarakatnya. Budaya dan gaya hidup masyarakat Indonesia pada era 90-an berbeda dengan budaya dan gaya hidup masyarakat di tahun 2015 ini. Masyarakat pada era 90 lebih banyak mempelajari budaya daerah atau budaya tradisional yang melekat pada tempat mereka dilahirkan, sehingga gaya hidup mereka cenderung sederhana dan dapat menghargai bahkan melestarikan budayanya. Sedangkan masyarakat saat ini lebih senang mempelajari budaya luar, seperti K-Pop yang sempat booming dan menghipnotis anak muda di Indonesia untuk berperilaku dan mengikuti gaya hidup orang Korea. Hal ini merupakan salah satu contoh dampak negatif perkembangan teknologi komunikasi yang terjadi di Indonesia.
Walaupun tidak semua lapisan masyarakat melakukan perubahan gaya hidup dan budaya yang sama, namun dari waktu ke waktu, hampir semua lapisan masyarakat mulai menunjukkan kekalahannya terhadap kemajuan perkembangan teknologi komunikasi. Contoh kecilnya saja budaya permainan tradisional pada era 90-an mulai tergantikan dengan game online yang kini dapat dimainkan melalui smart phone. Hal ini tentu berdampak pada perubahan gaya hidup seseorang yang tadinya sering berinteraksi bersama kelompok sosialnya, setelah muncul teknologi komunikasi yang semakin canggih, mereka cenderung lebih individualistis.
Kecepatan perkembangan teknologi komunikasi seakan membuat perubahan yang cepat pada lapisan masyarakat Indonesia. Gaya hidup dan budaya tradisional yang dulu pernah ada, lambat laun berubah cepat menjadi budaya dan gaya hidup yang modern atau bahkan postmodern yang kemudian berkembang menjadi dunia glokal, yaitu dunia global-lokal. Seperti yang diungkapkan oleh Bungin (2015:186), bahwa dunia yang sebelumnya hanya mengenal persoalan lokal, dengan kebutuhan dan diatur secara lokal pula, kemudian melalui jaringan informasi, berkembang menjadi persoalan global yang masih terpisah dengan dunia global lainnya. Namun, saat ini dunia lokal tersebut saling berhubungan membentuk dunia global. Di sisi lain, persoalan lokal itu tetap menjadi bagian anatomi lokal yang dipelihara dan subur sebagaimana adanya.
Dari pernyataan dan penjelasan di atas, ternyata tanpa disadari kecepatan perkembangan teknologi komunikasi telah menjadi sebuah penyekat atau pemisah antara masyarakat tradisional dengan masyarakat modern. Fenomena ini mungkin tidak akan terjadi bila perkembangan teknologi komunikasi tidak muncul. Namun, dapatkah kita bayangkan hidup di era modern seperti ini tanpa memanfaatkan teknologi komunikasi? Jangan dulu bayangkan masalah gengsi atau kuno bila tidak menggunakannya, yang menjadi pertanyaan, sanggupkah kita melepaskan perkembangan teknologi komunikasi dari kehidupan modern kita saat ini?
Masyarakat Indonesia awal mulanya hanya mengenal media komunikasi friendster, tidak lama kemudia muncul facebook, lalu twitter, tidak lama setelah itu muncul instagram, path, line, whatsup, dan masih banyak lagi. Kecepatan perkembangan teknologi komunikasi ini bahkan membuat banyak orang belum sempat mempelajari atau memakai media yang satu, sudah muncul media komunikasi baru lainnya. Seakan mayoritas masyarakat Indonesia ini haus akan kecanggihan teknologi yang selalu terus berkembang.
Kecepatan arus perkembangan teknologi komunikasi ini membuat masyarakat yang tadinya senang mempelajari dan mempraktekkan budaya atau bahasa daerah dan budaya tanah air, lambat laun mereka lebih bangga meniru budaya dan gaya hidup orang asing. Jika budaya dan gaya hidup ini terus berkembang dari generasi ke generasi, lalu apa bedanya Indonesia saat ini dengan Indonesia sebelum merdeka? Sama-sama dijajah, hanya bentuk fisik jajahannya saja yang berbeda, tapi maknanya tetap penjajahan.
Negara Jepang yang dulu memperlakukan masyarakat Indonesia dengan tidak berperikemanusiaan, kini justru budaya merekalah yang sering kita anut. Banyak anak muda Indonesia sekarang mengadakan kontes memakai pakaian khas orang Jepang, meniru segala budaya dan gaya hidup mereka mulai dari bahasa, lagu, potongan rambut atau stylish, cara bicara, hingga adat istiadatnya pun diikuti. Jika melihat perjuangan para pahlawan kemerdekaan Indonesia, mungkin rasanya tidak adil, mereka telah memperjuangkan kemerdekaan bagi tanah air ini, namun sekarang Indonesia kembali di “jajah”.
Perubahan atau pergeseran gaya hidup dan budaya yang saat ini sedang melekat pada masyarakat Indonesia, mereka dapatkan dari media-media komunikasi yang ada dihadapan mereka. Masyarakat mulai beralih dari kebiasaan surat-menyurat lewat kantor pos, karena mereka sadar bahwa saat ini kemudahan komunikasi sudah hadir melalui email, atau lewat line, facebook, whats up. Masyarakat mulai meninggalkan kebiasaan untuk mencurahkan hatinya di buku diary, karena mereka ingin mengekspresikan dan mengaktualisasikan dirinya tidak hanya pada diri sendiri namun juga pada orang lain, maka dari itu mereka lebih memilih mencurahkan hati atau perasaannya melalui dua atau tiga buah kalimat status yang mereka bagikan melalui facebook, twitter, dan media komunikasi lainnya. Masyarakat banyak mengadopsi budaya luar dan timbulnya perubahan gaya hidup, karena mereka mendapatkan perkembangan informasi dari media komunikasi, dan para masyarakat khawatir, bila mereka tidak mengikuti budaya dan gaya hidup yang sedang berkembang, mereka akan dianggap kuno atau kurang gaul.
Devito (2011:530) menyatakan bahwa meningkat pesatnya teknologi komunikasi telah membawa kultur luar yang adakalanya asing masuk ke rumah kita. Film-film seri impor yang ditayangkan di televisi telah membuat kita mengenal adat kebiasaan dan riwayat bangsa-bangsa lain. Pernyaatn Devito ini adalah salah satu contoh fenomena yang memang benar terjadi di Indonesia yang berdampak terhadap gaya hidup dan budaya masyarakat dalam kehidupannya.
Kecepatan masuknya pengaruh teknologi komunikasi, membuat kita tidak sadar akan perubahan budaya dan gaya hidup sendiri, padahal perubahan tersebut sangat dekat dan melakat pada diri kita saat berada di kelompok masyarakat. Hal terkecil saja misalnya kita lebih senang memgang gadget dan sibuk ntah apa yang dilakukan dengan gadgetnya ketimbang ngobrol berhadap-hadapan dengan orang lain yang jelas-jelas ada di samping atau di depan kita. Mungkin di antara kita pernah memiliki teman, rekan atau anggota keluarga yang sangat pendiam bila bertemu dengan kita namun sangat hyper active bila mencurahkan hatinya di media sosial. Ya, inilah perubahan gaya hidup dan budaya yang terjadi di Indonesia saat ini, akibat dampak dari perkembangan teknologi komunikasi.
Sekarang, dengan semua dampak negatif yang telah terjadi, apakah kita akan menyalahkan perkembangan teknologi komunikasi? Tentu hal demikian bukan solusi yang tepat. Kita sebagai generasi penerus bangsa, generasi penerus para pahlawan kemerdekaan, patut untuk mencegah adanya penjajahan kembali dengan cara apapun. Caranya ialah dengan mempelajari dan mentransfer pengetahuan mengenai perkembangan teknologi komunikasi yang sudah ada agar dapat meminimalisir dampak negatif yang sudah ada kepada generasi selanjutnya. Bila kita tidak saling bahu membahu meminimalisir dan merubah hal negatif menjadi sebuah kebaikan, maka habislah sudah budaya dan gaya hidup masyarakat Indonesia dijajah oleh budaya dan gaya hidup negara asing.
 Daftar Pustaka
Bungin, Burham. 2015. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Prenadamedia Group.
Devito, Joseph A. 2011. Komunikasi Antarmanusia Edisi Kelima. Tangerang: Karisma Publishing Group.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Flowchart Menampilkan Bilangan Genap Mullai dari Angka 2 sampai n, Kecuali Bilangan Genap yang Kelipatan 4

Flowchart Menampilkan Bilangan Ganjil di antara Bilangan 10 sampai 30

Flowchart Mencari Maks dan Min dari suatu Deret Bilangan